Month: August 2011
The Gifts
Seperti yang kuduga, beberapa hari selanjutnya kau ingin agar kita bertemu lagi. Mungkin kau senang, tapi kau tak pernah membicarakan tentang mawar putih itu. Apakah aku suka atau apa kabarnya. Mungkinkah kau malu? Atau kau tak peduli? Aku berusaha melupakan tentang mawar dan menganggap kau malu mengingatnya. Ternyata, mawar putih itu bukanlah pemberian “pura-pura tidak sengaja” yang terakhir. Selanjutnya, ada cokelat. Rasanya kau paham betul bahwa aku sangat menyukai makanan manis. Semua makanan olahan susu seperti keju, yoghurt, es krim, apalagi cokelat. Aku sudah berupaya tidak terlihat kekanakkan saat kau menawari cokelat menggiurkan itu, tapi kau lebih dulu mengenali siapa aku, si penyuka cokelat.
Kekaguman datang padamu ketika kutahu kau hapal betul semua kesukaanku yang entah darimana kau tahu itu. Mawar putih, cokelat, sekarang apalagi? Bukan hanya buku. Tetapi juga penerbit dan penulis favoritku kau pun tahu. Aku ingat betul saat aku hampir menangis kehilangan novel favoritku. Kau ternyata bukan hanya membantu mencari berkali-kali, tetapi memberikan yang baru bahkan bersama novel favoritku lainnya. Sebetulnya aku sungkan menerima semua pemberianmu. Aku tak terbiasa menerima barang-barang dari orang lain. Apalagi barang yang memang kusuka. Kata mama, kalau suka, kita harus berusaha sendiri untuk mendapatkannya. Tapi kau juga tahu statement itu. Dan kau bilang dengan santainya bahwa ini hanya hadiah. Bagaimana aku bisa menolaknya?
Sekejap setelah kudapatkan novel-novel cantik itu, aku langsung melahapnya. Sepanjang isi cerita, yang terbayang malah wajahmu, si pemberi. Bukan hanya itu, hal yang lebih spekatekuler adalah surat. Ya, tahukah kau bahwa pada salah satu novel itu ada sebuah amplop dan ternyata ada isinya juga? Tahukah kau apa isinya? Kau tentu, pasti, tidak tahu. Kau memang seolah-olah tidak pernah mempedulikannya. Tapi isi surat itu, sangat kamu. Lagi-lagi, sengaja tidak sengaja, seperti kamu yang melakukannya, secara sengaja.
Kamu memang bukan yang pertama bagiku. Kau juga tahu itu kan? Tapi somehow aku merasakan energi yang kuat bahwa kau adalah cinta pertamaku. Ini lucu! Lalu siapa yang sebelum-sebelumnya? Cinta monyet? Bisa saja. Hatiku berkata, padamu ada yang berbeda. Yang tak biasa. Darimu aku mendapatkan segalanya yang belum pernah kumiliki. Kau (kuanggap) adalah yang pertama bagiku, lalu apakah kau berani jamin bahwa aku adalah yang terakhir bagimu? Itu yang sampai sekarang meninggalkan perih disini, di tempat yang dalam sekali. Yang masih belum bisa kau jangkau.Yang belum bisa seutuhnya menerimamu.
Tadi, aku melirik jam. Muncul sesuatu disana. 16.16 WIB. Bisakah kau jelaskan sesuatu padaku apa artinya itu?