Biasanya, kamu naik gunung diajak atau ngajak?
Kalau dipikir-pikir, saya naik gunung selalu karena diajak. Banyak alasannya. Pertama, kalau ngajak duluan terus tau-tau nyusahin pas nanjak kan nggak enak :’). Kedua, bingung juga mau ngajak siapa karena biasanya pada susah diajak jalan terbentur jadwal cuti, kecuali ada teman yang memang sudah lama minta diajak naik gunung. Kalau bukan karena diajak mungkin saya nggak akan pernah menginjakkan kaki di gunung tertinggi Pulau Sumatra, Kerinci. Thank you Andre and Bayu! Ah, dan satu perempuan lagi kenalan baru saya yang tangguh dan menyenangkan, Jacklyn.
Gunung Kerinci terletak di Provinsi Jambi, untuk mencapainya dari pulau selain Sumatra terdapat dua pilihan rute perjalanan, via Bengkulu atau Padang. Jika via Bengkulu bisa naik pesawat menuju Bengkulu Bandar Udara Fatmawati Soekarno (BKS), kemudian melanjutkan perjalanan ke Kerinci menggunakan travel melalui kabupaten Mukomuko menuju Kota Sungai Penuh atau Kerinci selama 10-11 jam. Jika via Padang mendarat di Bandar Udara Internasional Minangkabau, kota Padang (PDG), dan menyambung travel ke Jambi lebih kurang 7-8 Jam jalur darat. Rute terakhir lebih menghemat waktu, maka pilihan itu yang kami pilih.
Flash tips: Di saat long weekend berangkat lah 4 jam lebih awal dari biasanya atau kamu berpotensi ketinggalan pesawat karena akses menuju bandara MACET TOTAL.
Pilihlah penerbangan di sore hari, sehingga kamu bisa tiba di Padang pada malam hari dan naik travel semalaman, lalu tiba di Jambi pagi harinya (untuk info kontak travel Padang-Jambi bisa hubungi saya). Kamu bisa minta dijemput oleh travel tepat di depan bandara. Pemandangan Padang sangatlah indah, tapi jangan harap kamu dapat bersantai-santai selama di perjalanan (yang pernah naik Angkutan Lintas Sumatra pasti tau he..he…). Lelah dan mual akibat perjalananmu akan terbayar setelah kamu tiba di Jambi dan melihat indahnya hamparan kebun teh yang maha luas di kaki gunung Kerinci.
Disambut senja Sumatra
Suasana basecamp lumayan ramai saat itu, ada beberapa rombongan pendaki dari Padang dan Bengkulu. Beberapa akamsi (anak kampung situ) merupakan ranger yang biasa bolak-balik Kerinci menjadi guide rombongan pendaki. They are all nice dan berbicara bahasa jawa, bukan bahasa minang! Mereka sangat ramah dan menyenangkan. Letak basecamp lumayan dekat dari si fenomenal tugu macan, tetapi lumayan jauh ke pintu rimba (jalur desa Kersik Tuo, jalur termudah Kerinci), kira-kira sejauh 2 km. Kamu bisa berjalan kaki atau minta diantar oleh orang basecamp.
Andre – Bayu – Jacklyn – Me (cewek culun style mode on)
Melalui rute via desa Kersik Tuo rute pendakian Gunung Kerinci pos 1 – pos 2 – pos 3 – shelter 1 – shelter 2 – shelter 3. Durasi pendakian hingga shelter 2 memakan waktu 8 jam. Alhamdulillah kami tiba di shelter tersebut sesuai predisi dan ekspektasi.
Shelter 1
Rombongan yang nenda di sana waktu itu adalah orang asing dengan kewarganegaraan beragam
Menuju shelter 2, tingkat kesulitan mulai menggemaskan
Shelter 2 finally! Celana kami menggambarkan betapa gundukan tanah pasca hujan yang curam tak bisa dihindari
Kamu bisa memilih untuk nenda di shelter 1, 2 atau 3. Namun saya dan tim sepakat untuk bermalam di shelter 3 dengan alasan masih sanggup, meskipun rombongan lain memutuskan untuk membangun tenda di shelter 2. Gunung Kerinci terkenal dengan kesulitan trek pendakiannya, foto-foto testimoni yang sering kamu jumpai di media sosial khususnya Instagram adalah trek dari shelter 2 menuju shelter 3. Trek tersebut merupakan medan tersulit yang dimiliki Kerinci. Lumayan memacu adrenalin, menguji kekompakan, dan ketahanan tubuh ketika kami melewatinya dalam keadaan gelap gulita ditambah gerimis, sehingga tanah lumayan licin. Akar pohon yang besar-besar melintang di sana-sini menambah nikmatnya trek yang sudah sulit. Sedap! :’D
OTW Shelter 3, jalur paling fenomenal
Kondisi medan pasca hujan sebagai sebuah sambutan manis until muka ketemu lutut
Kami tiba di shelter 3 sudah gelap sekali, sehingga tidak punya foto pemandangan tenda di lokasi untuk dipasang.
Enaknya nenda di shelter 3 adalah kamu menghemat waktu dan tenaga ketika summit. Orang-orang jalan sekitar jam 2 malam, sedangkan kami baru jalan pukul 5 (harusnya jam 4, cuma kami pada malas-malasan, maklum kecapean huhuhu).
Setelah berjalan sekitar 90 menit kita akan bertemu lahan dataran luas yang disebut Tugu Yuda. Tempat ini diberi nama Tugu Yuda karena dahulu kala ada pendaki bernama Yuda yang hilang di sini, setelah turun dari puncak.
Sesuai info yang saya kutip dari ilmugeografi.com, Gunung Kerinci merupakan gunung tertingi di pulau Sumatra, tepatnya di provinsi Jambi. Gunung Kerinci termasuk ke dalam bagian Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan merupakan jajaran dari bukit barisan dengan koordinat letak 1°41’48”LU dan 101°15’56”BT dan termasuk dalam golongan gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, puncak harus steril pukul 9 pagi. Kondisinya sama seperti Mahameru yang harus steril pada pukul 10, bila teman-teman pernah ke Gunung Semeru.
Sunset pertamaku di Jambi
08.00 WIB Alhamdulillah…. puncaaaaak! Disuruh pura-pura ketawa malah jadi ketawa beneran
We did it!
Dari atas puncak kita bisa melihat pemandangan Jambi yang berbatasan dengan Bengkulu dan Padang. Ada juga bayang Danau Gunung Tujuh, kalau kamu ke Kerinci sempatkan juga ke siri ya. Dan jangan lupa Danau Kaco juga. Indah mirip Labuan Cermin!
Barengan menuju puncak. Yes yang di tengah itu dedek Khansa (10 th) dan dia sudah mendaki banyak gunung Indonesia. Masya Allah….
*zoom in* Khansa 7 Summiters
Nenda semalam lagi di shelter 1 karena kami mendapat pesan dari orang basecamp jangan turun lewat dari magrib. Cuma kami yang dipesenin begitu, entahlah. Kami nurut aja.
Shelter 1
Tenda satu-satunya
Tidak terbayangkan haru dan bahagianya bisa menginjakkan kaki di titik tertinggi Sumatra. Semua tentu saja berkat ridho Tuhan semata, juga kerja sama antar anggota tim. Terima kasih Andre, Bayu, dan Je!
Nggak lama kami turun, Kerinci mengalami Erupsi yang menyebabkan pendakian di tutup. Betapa Allah begitu baik kepada kami, sebab kemarin Indrapura maish baik-baik saja.
Kebun teh Kayu Aro adalah yang terluas di dunia (fokus ke erupsi di belakang)
Bagi saya, mendaki gunung memiliki hikmah tersendiri dan melalui itu saya berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Banyak teman dan keluarga terheran-heran saat saya hendak mendaki gunung, apalagi sampai ke bagian barat Sumatra, “Liburan kok capek-capek?”. Setelah diledek seperti itu biasanya saya hanya tertawa. Kalau dipikir-pikir ya benar juga, naik gunung capek. Apalagi ke Kerinci, capek di jalan. Tapi hikmah dari perjuangan saya ke Kerinci ini telah menjadi hal yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Menjadi titik balik di usia muda saya, bagaimana saya mampu mengalahkan kekhawatiran atas kemampuan diri sendiri. Orang yang ngajak aja yakin saya mampu, masa saya enggak?
Mungkin saja bagi sebagian orang yang sudah menyambangi banyak gunung, mendaki Kerinci bukan lah apa-apa. Namun bagi saya yang pemula dan masih awam, pendakian kali ini amat berharga. Alhamdulillah, saya mulai berhenti merendahkan diri sendiri dan bersyukur atas karunia apapun yang Tuhan berikan. Berbanggalah atas dirimu sendiri. Kalau bukan kamu yang mengapresiasi diri sendiri, siapa lagi? 😉
Kembali ke Jakarta dengan oleh-oleh pesanan mama dan sogokan buat orang kantor yang ditinggal cuti ha…ha
Budget (belum PP):
Tiket pesawat Jakarta – Padang (promo): 500.000/orang
Travel Bandara Minangkabau – Kersik Tuo, Jambi: 70.000/orang
Transport basecamp – pintu rimba via Kersik Tuo, Jambi: 15.000/orang
Simaksi: 7.500/hari