Servis Oke Doppio Coffee

Dalam berbisnis, terkadang yang terpenting bukanlah produk atau jasa yang ditawarkan, tetapi pelayanann yang diberikan. Dan poin itulah yang selalu bikin saya senang untuk datang kembali ke Doppio Coffee. Keramahan dari pelayanan itu bahkan saya dapati langsung dari si pemilik coffee shop. Kalau owner-nya saja menjunjung tinggi nilai pelayanan, apalagi dengan para pegawainya, bukan?

Terletak di Jl. Woltermonginsidi, Kebayoran Baru dan di pertigaan jalan, coffee shop satu ini sangat strategis dan mudah untuk ditemukan, tepatnya adalah di Bintara Building. Saya sudah lebih dari tiga kali datang ke Doppio untuk duduk-duduk santai bersama teman-teman, meeting, bahkan mengadakan event. Yup! Meskipun Doppio adalah sebuah coffee shop yang tidak memiliki panggung seperti cafe, tetapi mereka sangat terbuka bila ada pelanggan yang request Doppio untuk jadi venue sebuah event. Tidak ada biaya sewa tempat seperti cafe kebanyakan, kamu cukup memesan satu paket snack dan minuman yang ada di Doppio. Paket tersebut juga fleksibel, pengunjung bisa memilih makanan dan minuman yang sedang promo untuk dijadikan paket. Enak, kan?

Kalau kamu mengadakan event bukber di Doppio Coffee di bulan Ramadhan seperti ini, kamu akan mendapatkan free takjil seperti kolak dan infused water sepuasnya. Whoa!





Yang perlu dipikirkan adalah kapasitas orang yang mampu ditampung Doppio Coffee sebanyak 50 orang. Sangat cocok untuk kamu yang ingin mengadakan event privat  nan eksklusif yang tidak mengundang khalayak terlalu ramai.

Selain pelayanannnya yang ramah, cita rasa yang disuguhkan melalui food & beverage ataupun coffee & tea Doppio Coffee juga sangat enak. Menariknya, beberapa food dibuat langsung oleh ibunda sang owner. Jadi, komposisi dan kualitas makanannya sangat terjamin. Sedangkan makanan lainnya adalah yang sudah terkenal dan teruji rasanya. seperti pastries dari Beau (artisan bakery yang buka di Plaza Indonesia LB dan Grand Indonesia L1) atau Cinnamon Roll dari Big Mama’s Resicpe (@bigmamas.recipe)! Favorit-ku? Signature drink & food of course! Doppio Cube dan semua makanan buatan mamanya owner, karena Indonesia banget seperti gambar di bawah ini he…he…




 
Di Doppio Coffee juga ada berbagai macam pilihan corner. Dari mulai corner meja panjang, corner meja dengan kursi tinggi yang menghadap ke luar kafe, corner sofa, hingga smoking room yang dibatasi oleh dinding kaca.

Bila kamu muslim, di Doppio Coffee tidak ada tempat solatnya. Bila mengadakan event di sana, biasanya saya meminta ijin untuk menyulap smoking room menjadi ruang solat dengan catatan wudhu-nya di toilet. Owner sangat membantu menyediakan apa saja yang kita butuhkan. So, Doppio Coffee sangat rekomen sebagai salah satu tempat nongkrong asik di bilangan Jakarta Selatan. Jangan lupa mampir ke Doppio Coffee!

Doppio Coffee
Jl. Wolter Monginsidi 43, Jakarta Selatan
Sun – Fri : 07.30 – 22.00 WIB
Saturday : 07.30 – 24.00 WIB
instagram: @doppiocoffee_jkt

Gunung Kerinci: Perjuangan Menggapai Atap Sumatra

Biasanya, kamu naik gunung diajak atau ngajak?

Kalau dipikir-pikir, saya naik gunung selalu karena diajak. Banyak alasannya. Pertama, kalau ngajak duluan terus tau-tau nyusahin pas nanjak kan nggak enak :’). Kedua, bingung juga mau ngajak siapa karena biasanya pada susah diajak jalan terbentur jadwal cuti, kecuali ada teman yang memang sudah lama minta diajak naik gunung. Kalau bukan karena diajak mungkin saya nggak akan pernah menginjakkan kaki di gunung tertinggi Pulau Sumatra, Kerinci. Thank you Andre and Bayu! Ah, dan satu perempuan lagi kenalan baru saya yang tangguh dan menyenangkan, Jacklyn.

Gunung Kerinci terletak di Provinsi Jambi, untuk mencapainya dari pulau selain Sumatra terdapat dua pilihan rute perjalanan, via Bengkulu atau Padang. Jika via Bengkulu bisa naik pesawat menuju Bengkulu Bandar Udara Fatmawati Soekarno (BKS), kemudian melanjutkan perjalanan ke Kerinci menggunakan travel melalui kabupaten Mukomuko menuju Kota Sungai Penuh atau Kerinci selama 10-11 jam. Jika via Padang mendarat di Bandar Udara Internasional Minangkabau, kota Padang (PDG), dan menyambung travel ke Jambi lebih kurang 7-8 Jam jalur darat. Rute terakhir lebih menghemat waktu, maka pilihan itu yang kami pilih.

Flash tips: Di saat long weekend berangkat lah 4 jam lebih awal dari biasanya atau kamu berpotensi ketinggalan pesawat karena akses menuju bandara MACET TOTAL.

Pilihlah penerbangan di sore hari, sehingga kamu bisa tiba di Padang pada malam hari dan naik travel semalaman, lalu tiba di Jambi pagi harinya (untuk info kontak travel Padang-Jambi bisa hubungi saya). Kamu bisa minta dijemput oleh travel tepat di depan bandara. Pemandangan Padang sangatlah indah, tapi jangan harap kamu dapat bersantai-santai selama di perjalanan (yang pernah naik Angkutan Lintas Sumatra pasti tau he..he…). Lelah dan mual akibat perjalananmu akan terbayar setelah kamu tiba di Jambi dan melihat indahnya hamparan kebun teh yang maha luas di kaki gunung Kerinci.

Disambut senja Sumatra

 

Suasana basecamp lumayan ramai saat itu, ada beberapa rombongan pendaki dari Padang dan Bengkulu. Beberapa akamsi (anak kampung situ) merupakan ranger yang biasa bolak-balik Kerinci menjadi guide rombongan pendaki. They are all nice dan berbicara bahasa jawa, bukan bahasa minang! Mereka sangat ramah dan menyenangkan. Letak basecamp lumayan dekat dari si fenomenal tugu macan, tetapi lumayan jauh ke pintu rimba (jalur desa Kersik Tuo, jalur termudah Kerinci), kira-kira sejauh 2 km. Kamu bisa berjalan kaki atau minta diantar oleh orang basecamp.

Andre – Bayu – Jacklyn – Me (cewek culun style mode on)

Melalui rute via desa Kersik Tuo rute pendakian Gunung Kerinci pos 1 – pos 2 – pos 3 – shelter 1 – shelter 2 – shelter 3. Durasi pendakian hingga shelter 2 memakan waktu 8 jam. Alhamdulillah kami tiba di shelter tersebut sesuai predisi dan ekspektasi.

 

Shelter 1

 

 

Rombongan yang nenda di sana waktu itu adalah orang asing dengan kewarganegaraan beragam

LANJOOOOT!

Menuju shelter 2,  tingkat kesulitan mulai menggemaskan

Shelter 2 finally! Celana kami menggambarkan betapa gundukan tanah pasca hujan yang curam tak bisa dihindari

 

Kamu bisa memilih untuk nenda di shelter 1, 2 atau 3. Namun saya dan tim sepakat untuk bermalam di shelter 3 dengan alasan masih sanggup, meskipun rombongan lain memutuskan untuk membangun tenda di shelter 2. Gunung Kerinci terkenal dengan kesulitan trek pendakiannya, foto-foto testimoni yang sering kamu jumpai di media sosial khususnya Instagram adalah trek dari shelter 2 menuju shelter 3. Trek tersebut merupakan medan tersulit yang dimiliki Kerinci. Lumayan memacu adrenalin, menguji kekompakan, dan ketahanan tubuh ketika kami melewatinya dalam keadaan gelap gulita ditambah gerimis, sehingga tanah lumayan licin. Akar pohon yang besar-besar melintang di sana-sini menambah nikmatnya trek yang sudah sulit. Sedap! :’D

 

OTW Shelter 3, jalur paling fenomenal

Kondisi medan pasca hujan sebagai sebuah sambutan manis until muka ketemu lutut

 

Kami tiba di shelter 3 sudah gelap sekali, sehingga tidak punya foto pemandangan tenda di lokasi untuk dipasang.

Enaknya nenda di shelter 3 adalah kamu menghemat waktu dan tenaga ketika summit. Orang-orang jalan sekitar jam 2 malam, sedangkan kami baru jalan pukul 5 (harusnya jam 4, cuma kami pada malas-malasan, maklum kecapean huhuhu).

Setelah berjalan sekitar 90 menit kita akan bertemu lahan dataran luas yang disebut Tugu Yuda. Tempat ini diberi nama Tugu Yuda karena dahulu kala ada pendaki bernama Yuda yang hilang di sini, setelah turun dari puncak.

Sesuai info yang saya kutip dari ilmugeografi.com, Gunung Kerinci merupakan gunung tertingi  di pulau Sumatra, tepatnya di provinsi Jambi. Gunung Kerinci termasuk ke dalam bagian Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan merupakan jajaran dari bukit barisan dengan koordinat letak 1°41’48”LU dan 101°15’56”BT dan termasuk dalam golongan gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, puncak harus steril pukul 9 pagi. Kondisinya sama seperti Mahameru yang harus steril pada pukul 10, bila teman-teman pernah ke Gunung Semeru.

 

 

Sunset pertamaku di Jambi

 

08.00 WIB Alhamdulillah…. puncaaaaak! Disuruh pura-pura ketawa malah jadi ketawa beneran

 

We did it!

 

Dari atas puncak kita bisa melihat pemandangan Jambi yang berbatasan dengan Bengkulu dan Padang. Ada juga bayang Danau Gunung Tujuh, kalau kamu ke Kerinci sempatkan juga ke siri ya. Dan jangan lupa Danau Kaco juga. Indah mirip Labuan Cermin!

 

 

Barengan menuju puncak. Yes yang di tengah itu dedek Khansa (10 th) dan dia sudah mendaki banyak gunung Indonesia. Masya Allah….

 

*zoom in* Khansa 7 Summiters

 

Nenda semalam lagi di shelter 1 karena kami mendapat pesan dari orang basecamp jangan turun lewat dari magrib. Cuma kami yang dipesenin begitu, entahlah. Kami nurut aja.

Shelter 1

 

Tenda satu-satunya

 

Tidak terbayangkan haru dan bahagianya bisa menginjakkan kaki di titik tertinggi Sumatra. Semua tentu saja berkat ridho Tuhan semata, juga kerja sama antar anggota tim. Terima kasih Andre, Bayu, dan Je!

Nggak lama kami turun, Kerinci mengalami Erupsi yang menyebabkan pendakian di tutup. Betapa Allah begitu baik kepada kami, sebab kemarin Indrapura maish baik-baik saja.

 

 

Kebun teh Kayu Aro adalah yang terluas di dunia (fokus ke erupsi di belakang)

 

Bagi saya, mendaki gunung memiliki hikmah tersendiri dan melalui itu saya berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Banyak teman dan keluarga terheran-heran saat saya hendak mendaki gunung, apalagi sampai ke bagian barat Sumatra, “Liburan kok capek-capek?”. Setelah diledek seperti itu biasanya saya hanya tertawa. Kalau dipikir-pikir ya benar juga, naik gunung capek. Apalagi ke Kerinci, capek di jalan. Tapi hikmah dari perjuangan saya ke Kerinci ini telah menjadi hal yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Menjadi titik balik di usia muda saya, bagaimana saya mampu mengalahkan kekhawatiran atas kemampuan diri sendiri. Orang yang ngajak aja yakin saya mampu, masa saya enggak?

Mungkin saja bagi sebagian orang yang sudah menyambangi banyak gunung, mendaki Kerinci bukan lah apa-apa. Namun bagi saya yang pemula dan masih awam, pendakian kali ini amat berharga. Alhamdulillah, saya mulai berhenti merendahkan diri sendiri dan bersyukur atas karunia apapun yang Tuhan berikan. Berbanggalah atas dirimu sendiri. Kalau bukan kamu yang mengapresiasi diri sendiri, siapa lagi? 😉

 

Kembali ke Jakarta dengan oleh-oleh pesanan mama dan sogokan buat orang kantor yang ditinggal cuti ha…ha

Budget (belum PP):

Tiket pesawat Jakarta – Padang (promo): 500.000/orang

Travel Bandara Minangkabau – Kersik Tuo, Jambi: 70.000/orang
Transport basecamp – pintu rimba via Kersik Tuo, Jambi: 15.000/orang
Simaksi: 7.500/hari

Asagao Coffee House

Akhir-akhir ini jadi betah balik Tangerang karena makin banyak coffee shop yang cozy dan nyaman banget buat nulis. Well, #NayaTari adalah dua gadis doyan nulis yang juga doyan berburu warung kopi. Canggihnya teknologi dan munculnya akun-akun baik hati di sosial media amat membantu perburuan kami. Mudah saja, tinggal buka akun @eatintangerang di Instagram dan pilih tempat sesuai dengan yang diinginkan. Terima kasih banyak kepada penggagas akun @eatintangerang!

 

Instagramable corner

Pilihan kami jatuh kepada sebuah coffee shop yang fotonya sangat simpel dengan dominasi warna yang minimalis, namun memiliki daya tarik yang kuat karena keunikannnya. Asagao Coffee, sebuah coffee shop pertama di Indonesia yang mengusung tema Jepang, khususnya pada nama-nama kopinya.

Menu hanya ditulis di papan tulis, pengunjung bisa langsung memilih dari papan tersebut.

Meskipun mengusung tema import pada konsepnya, coffee shop ini memasang harga standar yang sama dengan warung ngopi pada umumnya. Ada dua signature coffee yang disuguhkan oleh Asagao, yaitu Korikohi, segelas balok-balok batu es yang terbuat dari kopi dan segelas susu murni siap tuang. Pengunjung dapat menentukan takaran susu yang dituang ke dalam gelas berisi balok es sesuai dengan selera. Selain itu, terdapat juga Kuniko. Sama seperti Korikohi minuman ini juga terdiri atas segelas susu (dengan porsi lebih banyak), tetapi telah lebih dulu dicampur dengan madu. Unsur kopinya didapatkan dari segelas espresso yang bisa dituangkan sesuai selera pengunjung. Minuman ini sangat cocok bagi pengunjung yang ingin minum kopi, tetapi tidak bisa atau tidak ingin mengonsumsi kopi dalam porsi banyak. Dapat terbayang perbedaannya ya?

Korikohi (kiri) dan Kuniko (kanan)

Enakan mana? Well, karena tidak bisa minum kopi pahit dan sangat suka susu saya memesan Kuniko, sedangkan Tari memesan Korikohi. Kuniko aman dan rasanya unik. Namun setelah cicip punya Tari, ternyata Korikohi nggak pahit. Enaaaaaaaak!!! *dying*

Sudut dari pintu masuk. Para pria yang sedang duduk itu adalah pemilik Asagao.

Interior Asagao didominasi warna abu-abu dan cokelat kayu. Berbeda dengan coffee shop pada umumnya yang biasa melukis dindingnya dengan quotes atau kata mutiara, di dinding Asagao terdapat mural yang menceritakan proses produksi kopi a la Asagao, sehingga seperti membentuk sebuah cerita yang runut.

Oh ya, di Asagao kamu akan menemukan beberapa ikon Brown dan Cony, dua karakter line yang menggemaskan. Selain boneka seperti foto di atas, wajah Brown dan Cony juga akan kamu temukan dalam bentuk kue, bersama dengan Totoro Cake alias kue yang menjadi khas Asagao (kembali lihat foto menu di atas! hihihi).


Beberapa hasil jepretan pengunjung, sepertinya. Efortlessly beautiful.

 

Pelayanan Asagao sangat menyenangkan, tidak mengusir secara halus pengunjung yang lama nongkrong di sana seperti di tempat lain he…he… Apalagi pengunjungnya berjenis seperti Naya dan Tari yang kalau sudah menulis bisa lupa waktu. Kami tiba di sana tidak lama setelah dibuka, lalu baru pulang sore harinya. Bahkan hingga pindah tempat tiga kali karena khawatir orang lain ingin merasakan duduk di tempat kami yang memang cocok banget buat foto-foto (kita anak baik, kan?).

Aktivitas yang kami lakukan adalah menulis naskah novel pribadi, proof reading, revisi, membahas next project, ngomongin buku, bahkan sempat live streaming juga bahas dunia kepenulisan dan novel #DearEllie karya Tari via Zeemi TV! (Bagi yang mau nonton bisa klik ikon zeemi di side bar sebelah kanan blog ini).

 
Muka puyeng revisi :’)

Di lantai dua Asagao ada butik yang waktu itu tutup, sepertinya design bajunya ready to wear dan simple, padahal niat hati mau main-main dan lihat koleksinya. Sejauh ini Asagao adalah tempat ngopi paling favorit menurut #NayaTari, apalagi Korikohi-nya. Kekurangan Asagao hanya satu, tidak adanya musola bagi pengunjung beragama muslim yang harus menunaikan ibadah sehari lima kali. Waitress meminta maaf kepada saya soal ini dan menawarkan untuk memakai ruang kosong di depan butik untuk solat. Sayangnya saya juga lupa membawa mukena, boro-boro sajadah. Untung saja ada kardus-kardus lebar di lantai dua tersebut yang bisa dijadikan alas untuk solat (semoga bersih). Over all, Asagao sangat recommended untuk dikunjungi. Sila mampir!

Sampai jumpa di perburuan coffee shop #NayaTari berikutnya 🙂

Asagao Coffee House
Ruko Graha Boulevard Blok A No.9, Gading Serpong
Mon – Thu, Sun: 10 am – 9 pm
Fri – Sat: 10 am – 10 pm
instagram: @asagao.coffee

Teaser dari Tuhan

Terik merunduk. Sinar kuning keemasannya memantul di kursi-kursi besi panjang peron yang catnya mulai pudar, menunjukkan warna serupa karat yang halus terasah. Stasiun sepi sore itu. Hanya ada beberapa anak sekolah yang tertawa-tawa di peron sebelah ujung, menanti kereta gerbong khusus wanita tiba di hadapan mereka.

Tepat di hadapanku, sebuah bayang tergambar amat jelas. Aku melihat diriku, juga melihat seorang putra usia tiga di genggamannya. Anak itu tampan, alisnya menukik tajam berwarna hitam, nyaris menyatu di tengah dahi. Hidungnya mancung menawan. Ada lesung pipi yang muncul tiap kali tawanya tersembul. Kulitnya putih, kurasa mirip ayahnya, kulitku sawo matang sejak lahir. Rambutnya entah mirip siapa, tertutup rapat topi dengan dua julur yang menurup telinga, persis seperti topi tentara jepang. Di atas kepala itu ada kacamata kamuflase sebagai hiasan. Topi milik tokoh kartun Pororo kesukaannya.

Kaki-kaki kecilnya melangkah kian kemari. Kedua matanya yang bulat dan dipenuhi pupil hitam pekat melirik kereta seberang yang lewat sudah tiga kali. Anak itu tak ingin duduk, kakinya ingin berlarian sebab belum mengerti bahaya jika terjatuh ke jalur kereta. Kedua tanganku menahannya. Kaki-kakinya terus menapak tempat berbeda sambil tangan terkunci di genggamanku. Tidak menangis ataupun berontak. Tidak membuat ribut. Anak itu pintar. Anak yang teramat pintar dan menggemaskan. Seorang wanita lewat dan menyapa, anak itu menatap matanya, lalu memberikan senyum istimewa. Anak yang pintar. Anak yang tampan dan pintar.

Ini kali kesekian aku memimpikan anak tampan dan pintar itu. Memimpikannya tak hanya kala sedang terlelap dan terpejam. Aku bahkan bisa melihatnya di mana-mana di siang hari. Seperti apa rupa ayahnya seolah teka-teki. Mungkin saja, Tuhan sedang memberikan teaser tentang kehidupanku mendatang. Tentang akan datangnya seorang laki-laki, yang memberikan putra pertama berjenis kelamin laki-laki.