Para Wanita Tua dan Karenina

Lampu-lamppu kota Jakarta terlalu benderang. Cahayanya yang silau tidak hanya memekakan mata, namun juga menerobos hatinya yang sudah lama gelap. Cahaya itu membiaskan rasa hangat ke dalam sana. Memberikan rasa yang sudah berapa hari ini hambar begitu saja. Karenina sudah lama tak mengenal rasa lain di hatinya selain pedih dan duka. Tidak ada kata esok yang muncul di kepala dan menjadi semangat untuk melanjutkan hidup. Setiap menitnya selalu jadi pertanyaan. Kapan kira-kira mati sudah siap mengajaknya pulang. Langkah Karenina semakin besar dan cepat. Kemudian ia malah menyesal melakukannya. Ia tengah bertemu hal lain yang lebih parah dari mati, lebih menyedihkan daripada itu. Malam ini Karenina telah menjual harga dirinya kepada wanta-wanita tua itu.
Karenina berlari, mendengus, lalu merutuk tak ada habisnya dalam hati, “Orang tua selalu mempersulit.”
Bukan lagi air mata yang ingin dikeluarkan seorang Karenina saat itu. Melainkan tinju-tinju yang kalau bisa membuat mereka mati. Dunia tidak pernah adil untuk Karenina. Ia tidak pernah benar-benar hidup. Semua mungkin sudah tak lagi sama karena perubahan, namun nasib Karenina tetap tidak pernah berubah. Ia kemudian melangkah pelan, menyusuri pinggir jalan raya untuk mencari jawaban, sambil menunggu apakah mati akan datang tiba-tiba padanya. Karenina rindu kematian.
Karenina rindu akan kematiannya. Kematian untuk hidup. Itu lebih baik bukan, daripada hidup untuk mematikan orang-orang??

Hadiah Kematian

Suara itu datang lagi. Suara langkah kaki yang berat dan terpantul di lantai kayu. Tapi anehnya, sama sekali tidak ada kayu di sebelah manapun, yang ada hanya ruang serba putih yang memekakan mata. Cahaya putih yang terang benderang pun bisa membuat kita ketakutan, karena di sana tidak ada siapa-siapa dan tidak suatu apapun. Suara itu semakin jelas terdengar, tanda ia mulai semakin dekat. Namun tetap tidak terlihat apa-apa, meskipun sudah bersiaga dari segala penjuru arah. Degup di dada terdengar semakin keras berlomba dengan deru nafas yang tergesa. Peluh sudah membasahi wajah seperti habis berlari beberapa kilometer jauhnya.
Karenina terbangun. 
Mimpi itu datang lagi. Semua ternyata hanya ilusi semata, yang nyata hanya keringat yang kini membanjiri dahi dan lehernya. Karenina menangis, menangisi kematiannya yang gagal untuk kesekian kali. Karenina hanya ingin mati.
Pagi sudah menjelang siang, namun Karenina tetap tidak tahu apa yang harus dilakukannya hari ini. Ia merasa terlalu lelah untuk terbangun dan berpikir keras bagaimana cara menghabiskan sisa hidupnya sambil menunggu datangnya mati. Ia terlalu lelah untuk terbangun setiap harinya dan bertanya, apa arti bahagia.
Karenina terduduk di sisi kasur yang menempel dengan lantai. Kasur busa segi panjang tanpa bingkai kayu yang iasa disebut orang sebagai tempat tidur. Beberapa bantal yang  kumuh dan lapuk sudah mulai mengeluarkan kapas-kapas seperti gulali. 
Betapa kematian itu amat dekat dengan manusia, namun Karenina berkali-kali terjatuh saat mengejarnya. Karenina tidak punya alasan untuk tetap hidup. Hidup dan mati adalah sama baginya, sama-sama seorang diri. Ia tidak tahu pasti apakah ketika mati nanti Tuhan masih mau bersanding dengannya. Karena Karenina menghabiskan hidupnya dengan berbagai hal yang ia pikir dapat membuatnya mati, tapi selalu gagal berkali-kali.
Setelah ini, Karenina akan pergi bersembahyang, lalu berdoa kepada Tuhan agar segera didatangkan kepadanya sebuah kematian yang membahagiakan itu.
Suicide is man’s way of telling God, “You can’t fire me – I quit.”
Bill Maher 

Puas Eksplor Karimun Jawa

Karimun Jawa?

TRULY HOLIDAAAAAAY!!!!

Beberapa waktu lalu di bulan Agustus ini (setelah menabung selama setahun) gue dan partner in crime memutuskan untuk berangkat ke sana.

Bermodal nekad alias tanpa menggunakan jasa travel mana pun at all!

Biayanya mungkin sedikit lebih mahal karena jika rombongan semua biaya bisa dibagi menurut sistem patungan. Tapi jalan sendiri tanpa travel itu puas dan bebas. Jadi, worth it banget-nget-nget.

Ke Karimun Jawa pakai travel biayanya tergantung musim. Kalau lagi musim liburan alias high season bisa kena 700-850 IDR. Harga normalnya mulai dari 450-600 IDR (harga 2013, sangat mungkin akan naik tahun-tahun ke depan).

Dan paket terhitung mulai dari dermaga pantai kartini, Jepara. Belum termasuk biaya dari tempat asal, seperti contoh Jakarta-Jepara.

Okay, ini tim kami di trip kali ini. Let me introduce my-best-traveling-team ever wkwk.

Me

 

Abang

 

Markus

 

Johanna

Suasana di Kapal Bahari Express. Hari itu KMP Ferry Muria nggak berangkat

 

Welcome in Karjaw!

 

Kayaknya cuma kita-kita ini yang keliling pulau naik mobil losbak. Dan si bule ini pada seneng banget haha

 

Keadaan Karimun Jawa secara keseluruhan akan terlihat dari bukti Joko Tuwo, titik tertinggi di Karimun Jawa.

 

Di penangkaran hiu

 

Feeding the sharks

 

 Lanjut perjalanan ke pulau seberang….

Dua perempuan yang paling males pake sunblock tapi hobi panas-panasan :’)

 

The bule are eating telor asin. Anw, mereka selalu nyatet semua makanan yang kita santap. Jadi, sebelum makan nyatet dulu. Peer banget ya hehe

 

Snorkeling – eating – sleeping – sonerkeling lagi, minimal swiming. song gosong gosong~

 

Dan akhirnya pakai sunblock punya Markus

 

Di pulau Menjangan Kecil. Berasa pulau punya sendiri

 

#randomtravellersquad! Karena kita nggak pakai open trip dan punya kapal sendiri jadi bisa mengunjungi pulau-pulau tanpa ada pengunjung lainnya

 

Nemu puding. Eh, salah. Nemu ubur-ubur

 

Ini Gosongan. Alias pantai yang cuma seupil. Kalo surut, pasirnya akan lebih banyak lagi.

 

Suasana Musolah umum di Ujung Gelem hehehe

 

Bukan, ini  bukan di Belitong. Ini di Ujung Gelem Karimun 😀

 

Our lovely Pulau Kecil, ini pulau favorit kita berempat. Nanti bikin postingan khusus ah tentang pulau satu ini ❤

 

#np Float – Pulang

 

Balik duluan, karena kakak mau nikahan. Naik Fery

 

Sampai jumpa di Jakarta bule-bule kesayangan akoh!

 

Karimun Jawa bagus? Jangan seneng dulu, siap-siap nanti muka kamu akan jadi seperti ini. Merah plus jerawatan (bisa jadi juga karena kulit aku aja yang sensitif)

 

Dua minggu nggak keluar rumah setelah pulang dari Karjaw :’)

 

Masih banyak sebenernya cerita dan foto yang ingin dibagi. Nanti diceritain lebih detail soal Pulau Kecil dan foto-foto yang diambil underwater deh.

 

Pada intinya, Kepulauan Karimun Jawa amatlah indah. Highly recommended! Pantai yang luar biasa, penduduk yang ramah, karang dan ikan yang bagus-bagus, sunset dan sunrise yang menggugah selera (?)

Sejauh ini, Karimun Jawa jadi destinasi wisata favorit Abang-Akak. Mungkin yang bisa menyaingi adalah Raja Ampat kali ya? Semoga suatu saat bisa kesana juga.

 

Anw, kalo mau ikutan traveling hemat bareng boleh banget loh.

 

Let’s explore Indonesia! Hidup Pariwisata Indonesia!

 

 

Salam,

random traveler!!

 

Kemana Tuhan

Tuhan menciptakan seorang ummat dan memberikan padanya sejuta rencana. Tuhan selalu adil, tapi apa reaksiNya ketika Ia mendengar seorang hambaNya berteriak meminta keadilan? 
Tuhan tidak pernah tidur. 
Lalu selama ini Ia kemana?

Kebenaran Ucapanmu

Kamu benar. Aku telah berbohong pada diriku sendiri. Tentang kamu, tentang aku, tentang perasaan yang tak mau kuakui. Aku benar mencintaimu. Sederhananya begitu. Ternyata semua emosi dan kemarahanku berujung pada satu kalimat yang tak perlu penjelasan apapun lebih panjang lagi. Selama ini aku hanya berputar pada kepalsuan yang melelahkan. Dan kau selalu tahu, aku melakukannya hanya untuk melindungi diri sendiri dan tidak merepotkan orang lain, termasuk kamu.
Berteriak, berlari, bahkan tertidur. Semua kulakukan demi melupakanmu. Bukan kamu sebenarnya, namun rindu kepadamu. Kamu tak pernah tahu, betapa rindu ini menghantuiku siang dan malam, menerobos masuk ke dalam ruang dalam kalbuku yang kini hampa nan usang. Dulu pernah ada pengisinya, dirimu. 
Aku mencintaimu. Aku ingin Tuhan ada dalam setiap kata cinta yang kauutarakan. Begitupula di setiap doa dalam sujudku, selalu ada namamu kusebut.

“The course of true love never did run smooth.”